Powered By Blogger

Cari Blog Ini

rama

Minggu, 18 Juli 2010

proposalku

PROPOSAL
PIALA DUNIA FIFA 2010 SEBAGAI MEDIA PEREKAT
SOLIDARITAS MASYARAKAT
(STUDI PADA MASYARAKAT DESA PRINGGAJURANG)










OLEH :
MOH. FATONI
NPM. 06380O25


JURUSAN IPS
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
SEKOLAH TINGGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) HAMZANWADI SELONG
2010
LEMBAR PERSETUJUAN


Proposal penelitian oleh Moh. Fatoni dengan judul “Piala Dunia Sebagai Media Perekat Solidaritas Masyarakat Studi Pada Masyarakat Desa Pringgajurang”. telah di periksa oleh pembimbing pada hari…………./…./…../…..


Pembimbing I, Pembimbing II,


Abdurrohman, M.Si L. Istiqlal, M.Si
NIS. NIS.330 1941 311
Mengetahui
Ketua Program Studi Sosiologi


Ahmad Tohri, M.Si
NIS. 330 2941 327












KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini. Shalawat serta salam kita haturkan kehadirat junjungan alam Nabi Muhammad SAW.Yang telah membawa umatnya kejalan yang diridhai Allah SWT. Yaitu agama Islam. Penulis dalam proposal skripsi ini mengangkat judul “Piala Dunia Sebagai Media Perekat Solidaritas Masyarakat Studi Pada Masyarakat Desa Pringgajurang”.

Proposal ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak dan melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. H. Muh. Suruji, Selaku Ketua Penyelenggara Pendidikan Pada Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) HAMZANWADI Selong.
2. Bapak Ahmad Tohri, M.Si. Selaku ketua program studi Sosiologi.
3. Bapak Abdurrohman, M.Si. Selaku pembimbing I dan Bapak L. Istiqlal, M.Si. Selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi dan masukan sampai selesainya proposal skripsi ini.
4. Kepada kedua orang tuaku yang tercinta, istri, kakak ku yang telah bercucuran keringat dalam memperjuangkan keberhasilanku.
5. Teman-teman seperjuangan dan semua pihak yang tidak di sebut secara persatu yang telah ikut serta membantu menyelesaikan proposal ini.
Ahirnya penulis sadar dengan keterbatasan yang ada, maka kritik dan saran yang konstruktif dari segenap pembaca sangat di harapkan demi kesempurnaan proposal ini.


Selong,

Penulis


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah mahluk sosial yang tak bisa hidup sendiri dan terlepas dari pergaulan. Aristoteles menyebut manusia sebagai zoom politicom yang artinya manusia selalu hidup bermasyarakat. Manusia selalu membutuhkan kehadiran sesama agar bisa bertahan hidup. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, manusia menempuh berbagai cara sesuai keadaan atau taraf umur, pendidikan, lingkungan, bakat dan sikap seseorang. Manusia sebagai titik tolak dalam membicarakan permasaalahan lingkungan memang amat relevan sekali, sebagai mahluk yang di anggap istimewa manusia memiliki akal dan rasa. Melalui pengembanga akal manusia mempunyai kemampuan untuk mengolah alam sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan materinya. Melalui perkembangan ilmu dan teknologi manusia boleh dikatakan telah berhasil mengaduk bumi dalam kepentingan dirinya.
Kesemuanya ini menimbulkan kelompok-kelompok sosial di dalam kehidupan manusia kelompok kecil yang sederhana biasanya terbentuk atas kekerabatan, usia, sex perbedaan kedudukan, pekerjaan maupun agama. Dalam masyarakat para individu menjadi anggota dari kelompok sosial tertentu, dalam tiap kelompok itu merek saling pengaruh-mempengaruhi dan ada kesadaran untuk tolong-menolong.
Kenyataan ini melahirkan ikatan moral dan sosial berupa solidaritas diantara satu manusia dengan manusia lain. Solidaritas itu kemudian dilihat sebagai suatu perekat, lem, smen skaligus fundamen yang mengikat dan menunjang kehidupan bersama manusia dalam masyarakat. Dalam masyarakat moderen kebebasan individu dalam mengatur hidupnya semakin menonjol, kesadaran baru yang melatari masyarakat moderen. Berakar pada individu yang berpendidikan tinggi. Karena dengan pendidikan yang tinggi dapat kita jadikan sebagai sesuatu kekuatan yang mampu mempengaruhi masyarakat.
Menurut Foucault (dalam Ritz, 2004 : 611) mengatakan bahwa kekuatan manusia terletak pada ilmu pengetahuannya, sehingga orang yang berpendidikan tinggi sangat berpeluang menguasai masyarakat. Ditengah tengah kemajuan zaman dan tehnologi solidaritas masyarakat pun smakin terancam dan berangsur angsur semakin individualistik. Kebersamaan seperti gotong royong sudah terkikis karena pola pikir manusia yang matrialis.
Apalagi di lingkunga masyarakat perkotaan yang lebih mengenal media elektronik (Radio, TV, DVD, Komputer dsb.) maupun media cetak (Majalah, Koran, Buku, Spanduk dsb) sebagai bentuk perwujudan moderenisasi dari peradaban global yang membumi. Solidaritas satu-satunya kekuatan yang dapat menyatukan dan menjadi perekat bagi simpul-simpul berbangsa. Namun bukan berarti media merubah pola solidaritas, melainkan kepada siapa yang memakai media tersebut. Karena media bersifat netral dan tergantung kepada sang pemakai media itu. Dengan media kita bisa mendapatkan informasi maupun berita secepat mungkin tampa menunggu hari, mingu atau pun bulan. Acara pidato presiden, berita olahraga, selebriti dapat kita tonton secaara live (langsung).
Menjelang piala dunia FIFA 2010 yang empat tahun sekali diadakan mempertemukan raksasa-raksasa jagat sepak bola ini selalu membius sekitar satu milliar penduduk dunia di depan layar televise. Piala dunia 2010 punya dayatarik tersendiri bagi para peserta. Bukan hanya Pertamakali turnamen sepak bola paling bergengsi ini di gelar di benua afrika tetapi juga paktor hadiah yang cukup mentereng. Untuk piala dunia edisi ke-19, FIFA telah menyediakan dana sebesar 420 juta dolar amerika atau saat ini setara dengan 3,9 triliun rupiah bagi peserta dan tim yang mampu meraih gelar juara di Afrika Selatan, Bola.net (Senin 25/5/2010). Piala dunia dianggap sebagai idioligi bagi para penggemar bola. Mereka sampai mengorbankan tidur, kesehatan, maupun pekerjaan yang lain demi menonton bola.
Siaran piala dunia di indonesia di selenggarakan oleh RCTI (Rajawali Citra Televisi Indinesia) TV Global, dan adapun TV luar negri yang menayangkan secara free (gratis) seperti CCTV, TVTL, dll. Yang di selenggarakan pada tanggal 11 Juni 2010 sampai dengan 11 Juli 2010 dengan jumlah peserta 32 Negara yang di selenggarakan di Afrika Selatan. Dengan maskot resmi Zakumi yang melambangkan seekor macan tutul berwarna kuning, dengan rambut "nyentrik" berwarna hijau, mengenakan kaus bertuliskan "South Africa 2010”
Solidaritas masyarakat penggemar bolapun semakin kental, dimana orang yang individualistik pun bisa ikut bergabung di acara nonton bareng melalui media TV. TV kabel yang ada di desa Pringgajurang tidak dapat menayangkan piala duni karena masih menggunakan matrix biasa, bagi orang yang tak punya siaran chenel TV piala dunia akan berbondong-bondong menonton ke rumah kerabat yang memiliki layanan piala dunia. Adapun yang mengeluarkan uang patungan untuk membeli antena goceng, yaitu antena yang dapat menyiarkan secara langsung piala dunia, chenel yang bisa ditangkap oleh antena ini lumayan banyak yaitu sekitar sembilan chenel dan harganya tidak begitu mahal, cuman Rp 170.000 sudah bisa nonton piala dunia.
Berdasarkan hasil survei yang di lakukan di desa Pringgajurang. Seorang warga desa Pringgajurang mengatakn dari pada beli matrix ssocer lebih baik beli antena goceng yang harganya jauh lebih murah dari matrikx ssocer. Sedangkan matrix ssocer dengan harga yang begitu mahal yaitu Rp 2.500.000. 15 menit sebelum acara pertandingan mulai biasanya penggemar bola saling menghubungi baik secara langsung maupun tak langsung untuk nonton bareng, Karena banyak penggemar bola mengatakan kalu tidak nonton bareng kurang seru. Keakraban pun terasa semakin kental. Karena ketika piala dunia telah tiba suasana desa pun terasa hidup tempet-tempat nongkrong pun terisi ketika pagi maupun sore, dan isi pembicaraan terpusat kepada piala dunia saja. Berdasakan uraian di atas, penulis ingin mendalami atau melihat kejelasan keberadaan piala dunia FIFA 2010 lewat antena biasa yang dapat menyebabkan solidaritas pada masyarakat Desa Pringgajurang.

B. Fokus Penelitian
Pada masyarakat desa Pringgajurang dimana ketika piala dunia FIFA kesolidaritasan masyarakat semakin erat. Aktivitas masyarakt pun bisa di ubah oleh piala dunia. Para penggemar bola menganggap piala dunia sebagai idiologi dimana masyarakatnya rela mengorbankan tidur, kesehatan, dan begadang demi menonton piala dunia tersebut. Peranan media sangat penting dalam mentransper berita secara langsung. Sepak bola adalah bahasa yang universal bagi semua lapisan diman perbedaan bisa diminimalisir. Sepakbola juga bisa menjadi perekat kesolidaritasan masyarakat. Sebagai contoh kecil dapat kita lihat sebelum pertandingan mulai di tayangkan penggemar bola rela nongkrong bareng untuk menunggu pertandingan yang empat tahun sekali di adakan.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan mengangkat dua permasalahan guna dibahas dalam penulisan skripsi ini, yaitu:
1. Mengapa piala dunia FIFA 2010 dapat menciptakan solidaritas masyarakat Desa Pringgajurang?
2. Sejauh manakah keberadaan piala dunia FIFA 2010 sebagai media perekat dalam menciptakan solidaritas masyarakat di Desa Pringgajurang?


D. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan yang dilakukan tentunya mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penulisan skripsi ini adalah:
1. Untuk mengetahui keberadaan piala dunia FIFA 2010 dapat menciptakan solidaritas masyarakat Desa Pringgajurang
2. Untuk mengetahui Sejauh manakah keberadaan piala dunia FIFA 2010 sebagai media perekat dala menciptakan solidaritas masyarakat di Desa Pringgajurang

E. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini penulus berharap tulisan ini bisa bermanfaat bagi praktisi maupun akadmisi
1. Bagi peraktisi
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan informasi serta masalah yang perlu di luruskan dan di perjelas khususnya piala dunia FIFA sebagai media perekat solidaritas masyaakat .
b. Bagi masyarakat Desa Pringgajuran, agar tetap dapat menjaga kesolidaritasan, bukan hanya ketika piala dunia FIFA saja.
c. Untuk mengetahui faktor apa yang mempengaruhi kesolidaritasan masyarakat ketika piala dunia FIFA
2. Bagi akadmisi
Penelitian ini dapat di jadikan refrensi serta wacana tentang piala dunia FIFA sebagai media perekat solidaritas masyarakat.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Piala Dunia FIFA 2010
Piala Dunia Afrika Selatan sedang berlangsung. Selama sebulan, dunia akan di hibur dengan aksi-aksi fantastis 32 negara yang merebutkan tropi piala duni. Apa yang diberikan bola selalu memiliki tingkat semangat yang sangat tinggi. Piala dunia menjadi pegangan setiap penggila bola untuk mengikuti ajang empat tahunan yang di siarkan keseluruh dunia. Piala dunia menjadi media yang sangat tepat untuk mempersatukan perbedaan yang ada, bayangkan saja 32 negara yang sedang berjuang untuk memperrebutkan gelar juara beradu di tengah lapangan hijo dengan dasar sportifitas.
Sungguh sebuah contoh yang sangat baik yang bisa dipelajari masyarakat dunia bahwa perbedaan yang ada bukan untuk dijadikan masalah, tapi memberikan warna dan keindahan bagi duni. Afrika Selatan yang terkenal sarat dengan isu rasialisme pun bisa menggelar piala dunia dan itu sebuah langkah awal yang sangat baik bagi perkembangan dunia ketiga. Sebagai penikmat sepakbola juga turut merasakan dampak hal itu, yakni sepakbola adalah milik dunia bukan individu atau negara saja. Jadi janganlah melihat bahwa pelaksanaan piala dunia di Afrika Selatan ini sebagai hal yang tak mengandung sportifitas, tapi coba maknai lagi arti penting dari fair play.


B. Media
Tidak dapat dipungkiri lagi, betapa besar efek berita dari media massa. Benar-benar era informasi, siapa yang menguasai informasi dialah yang menguasai dunia. Mungkin dulu jargon ini (menguasai informasi = menguasai dunia) dimaksudkan jika informasinya adalah tentang kelemahan lawan atau siapapun yang menjadi kompetitor. Sekarang bukan penguasaan informasi yang menjadi sumber kekuatan, tapi penguasaan atas sumber informasi. Dan sumber informasi terbesar serta paling besar pengaruhnya adalah media massa.
Media massa atau Pers adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi media. Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah memiliki ketergantungan dan kebutuhan terhadap media massa yang lebih tinggi daripada masyarakat dengan tingkat ekonomi tinggi karena pilihan mereka yang terbatas.
Media masa dapat mempengaruhi pemakainya baik secara langsung maupun tak langsung, skala kecil (individu) maupun sekala besar (Masyarakat) Pengaruh media bisa ditelusuri dari fungsi komunikasi massa, harold laswell (artikel klasik: 1948) mengemukakan model sederhana yang sering dikutip untuk model komunikasi hingga sekarang, yaitu :
Siapa (who)
Pesannya apa (says what)
Saluran yang digunakan (in what channel)
Kepada siapa (to whom)
Apa dampaknya (with what effect)
Posisi media semacam ini karena adanya paradigma yang dominan dalam melihat keberadaan media massa merupakan faktor tunggal yang memiliki daya mempengaruhi sasarannya. Sejumlah ahli bahkan merumuskan komunikasi dengan media massa dengan pretensi untuk mengubah sasaran agar sesuai dengan kehendak komunikator.
Motivasi yang pokok dari khalayak adalah untuk memenuhi keperluan informasional dan hiburan. Motivasi informasional ini membuatnya terbawa ke dunia empiris, sedang hiburan membawanya ke dunia subyektif. Pengelola media massa memenuhi kedua motivasi ini dengan mensuplai informasi faktual dan fiksional. Informasi faktual ada yang dapat fungsional bagi motivasi informasional dan hiburan, sedang informasi fiksional semata-mata memenuhi motivasi hiburan
C. Solidaritas Sosial
Solidaritas atau kesetiakawanan sosial merupakan sesuatu konsep yang menuju pada hubungan antara manusia saja. Kesetiakawanan sosial itu merupakan suatu keadaan bersahabat dan berdasarkan pada kepentingan yang sama diantara anggotanya.
Pengertian solidaritas sosial menurut Paul Johnson (1986 :183) adalah
“Solaidaritas menunjukkan pada suatu keadaan hubungan antara individu dan/atau kelompok yang di dasarkan prasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang di perkuat oleh pengalaman irasional bersama”

Solidaritas sosial menurut Emil Durkheim bahwa solidaritas adalah keadaan saling percaya antara para anggot adalam suatu kekompok atau komunitas. Kalau orang saling percaya mereka akan menjadi satu/menjadi persahabatan menjadi saling menghormati terdorong untuk bertanggung jawab dan peduli akan kepentingan bersama. Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa konsep solidaritas sosial dalam pandangan Durkheim lebih memperlihatkan keadaan hubungan antara manusia atau dalam sosiologi disebut dengan istilah suatu hubungan soial (social relationship). Kepedulian ini dapat di lihat dari mesyarakat penggemar bola dimana pemilik TV mengeluarkan tvnya untuk kepentingn bersama.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Solidaritas
Faktor sosial yang mempengaruhi solidarits adalah taraf proses dan kuatnya pengaaruh dari :
1. Lingkungan
2. Populasi
3. Bentuk- bentuk asosiasi
4. Mobilitas, taraf perubahan sosial
5. Kompetisi etnis
6. Latar belakang kebudayaan

Durkheim menyatakan (dalam Lawang, 1994:181) bahwa solidaritas sosial merupakan suatu keadaan hubungan antara individu dan/atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Solidaritas menekankan pada keadaan hubungan antar individu dan kelompok dan mendasari keterikatan bersama dalam kehidupan dengan didukung nilai-nilai moral dan kepercayaan yang hidup dalam masyarakat. Wujud nyata dari hubungan bersama akan melahirkan pengalaman emosional, sehingga memperkuat hubungan antar mereka.
.
Berkaitan dengan perkembangan masyarakat, Durkheim melihat bahwa masyarakat berkembang dari masyarakat sederhana menuju masyarakat modern. Salah satu komponen utama masyarakat yang menjadi pusat perhatian Durkheim dalam memperhatikan perkembangan masyarakat adalah bentuk solidaritas sosialnya. Masyarakat sederhana memiliki bentuk solidaritas sosial yang berbeda dengan bentuk solidaritas sosial pada masyarakat modern. Masyarakat sederhana mengembangkan bentuk solidaritas sosial mekanik, sedangkan masyarakat modern mengembangkan bentuk solidaritas sosial organik. Jadi, berdasarkan bentuknya, solidaritas sosial masyarakat terdiri dari dua bentuk yaitu:
a. Solidaritas Sosial Mekanik
b. Solidaritas Sosial Organik.

a. Solidaritas Mekanik
Pandangan Durkheim mengenai masyarakat adalah sesuatu yang hidup, masyrakat berpikir dan bertingkah laku dihadapkan kepada gejala-gejala sosial atau fakta-fakta sosial yang seolah-olah berada di luar individu. Fakta sosial yang berada di luar individu memiliki kekuatan untuk memaksa. Pada awalnya, fakta sosial berasal dari pikiran atau tingkah laku individu, namun terdapat pula pikiran dan tingkah laku yang sama dari individu-individu yang lain, sehingga menjadi tingkah laku dan pikiran masyarakat, yang pada akhirnya menjadi fakta sosial. Fakta sosial yang merupakan gejala umum ini sifatnya kolektif, disesbabkan oleh sesuatu yang dipaksakan pada tiap-tiap individu.
Dalam masyarakat, manusia hidup bersama dan berinteraksi, sehingga timbul rasa kebersamaan diantar mereka. Rasa kebersamaan ini milik masyarakat yang secara sadar menimbulkan perasaan kolektif. Selanjutnya, perasaan kolektif yang merupakan akibat (resultant) dari kebersamaan, merupakan hasil aksi dan reaksi diantara kesadaran individu. Jika setiap kesadaran individu itu menggemakan perasaan kolektif, hal itu bersumber dari dorongan khusus yang berasal dari perasaan kolektif tersebut. Pada saat solidaritas mekanik memainkan peranannya, kepribadian tiap individu boleh dikatakan lenyap, karena ia bukanlah diri indvidu lagi, melainkan hanya sekedar mahluk kolektif. Jadi masing-masing individu diserap dalam kepribadian kolektif.
Argumentasi Durkheim, diantaranya pada kesadaran kolektif yang berlainan dengan dari kesadaran individual terlihat pada tingkah laku kelompok. Bilamana orang berkumpul untuk berdemonstrasi politik, menonton sepak bola, gotong royong dan sebagainya, mereka melakukan hal-hal yang tidak mungkin mereka lakukan jika sendirian. Orang melakukan perusakan dan merampok toko-toko, menjungkir balikan mobil, atau menunjukkan sikap kepahlawanan, kegiatan religius, semangat pengorbanan yang luar biasa, semuanya dianggap musatahil oleh yang bersangkutan.
Solidaritas mekanik tidak hanya terdiri dari ketentuan yang umum dan tidak menentu dari individu pada kelompok, kenyataannya dorongan kolektif terdapat dimana-mana, dan membawa hasil dimana-mana pula. Dengan sendirinya, setiap kali dorongan itu berlangsung, maka kehendak semua orang bergerak secara spontan dan seperasaan. Terdapat daya kekuatan sosial yang hakiki yang berdasarkan atas kesamaan-kesamaan sosial, tujuannya untuk memelihara kesatuan sosial. Hal inilah yang diungkapkan oleh hukum bersifat represif (menekan). Pelanggaran yang dilakukan individu menimbulkan reaksi terhadap kesadaran kolektif, terdapat suatu penolakkan karena tidak searah dengan tindakan kolektif. Tindakan ini dapat digambarkan, misalnya tindakan yang secara langsung mengungkapkan ketidaksamaan yang menyolok dengan orang yang melakukannya dengan tipe kolektif, atau tindakan-tindakan itu melanggar organ hati nurani umum.

b. Solidaritas Organik
Solidaritas organik berasal dari semakin kompleksitas dalam pembagian kerja yang menyertai perkembangan sosial. Durkheim merumuskan gejala pembagian kerja sebagai manifestasi dan konsekuensi perubahan dalam nilai-nilai sosial yang bersifat umum. Titik tolak perubahan tersebut berasal dari revolusi industri yang meluas dan sangat pesat dalam masyarakat. Menurutnya, perkembangan tersebut tidak menimbulkan adanya disintegrasi dalam masyarakat, melainkan dasar integrasi sosial sedang mengalami perubahan ke satu bentuk solidaritas yang baru, yaitu solidaritas organik. Bentuk ini benar-benar didasarkan pada saling ketergantungan di antara bagian-bagian yang terspesialisasi.
Pertambahan jumlah penduduk yang menimbulkan adanya “kepadatan penduduk” merupakan kejadian alam, namun disertai pula dengan gejala sosial yang lain, yaitu “kepadatan moral” masyarakat (Veeger, 1985:149). Menurut Veeger, terjadinya pertambahan penduduk (perubahan demografik) akan disertai oleh pertambahan frekuensi komunikasi dan interaksi antara para anggota, maka makin besarlah jumlah orang yang menghadapi masalah yang sama. Selain itu, kompetisi untuk mempertahankan hidup semakin memperbesar persaingan diantara mereka dalam mendapatkan sumber-sumber yang semakin terbatas. Kondisi ini selanjutnya menimbulkan masyarakat yang pluralistis, dimana antar hubungan lebih banyak diatur berdasarakan pembagian kerja. Mereka mulai mengadakan kompromi dan pembagian yang memberikan ruang hidup kepada jumlah orang yang lebih besar. “Kepadatan moral” itu merupakan suatu konsep yang tidak bercorak alami, melainkan budaya, karena manusia sendiri yang membentuk masyarakat yang dikehendakinya.
Kesadaran kolektif pada masyarakat mekanik paling kuat perkembangannya pada masyarakat sederhana, dimana semua anggota pada dasarnya memiliki kepercayaan bersama, pandangan, nilai, dan semuanya memiliki gaya hidup yang kira-kira sama. Pembagian kerja masih relatif rendah, tidak menghasilkan heterogenitas yang tinggi, karena belum pluralnya masyarakat. Lain halnya pada masyarakat organik, yang merupakan tipe masyarakat yang pluralistik, orang merasa lebih bebas. Penghargaan baru terhadap kebebasan, bakat, prestasi, dan karir individual menjadi dasar masyarakat pluralistik. Kesadaran kolektif perlahan-lahan mulai hilang. Pekerjaan orang menjadi lebih terspesialisasi dan tidak sama lagi, merasa dirinya semakin berbeda dalam kepercayaan, pendapat, dan juga gaya hidup. Pengalaman orang menjadi semakin beragam, demikian pula kepercayaan, sikap, dan kesadaran pada umumnya.
Heterogenitas yang semakin beragam ini tidak menghancurkan solidaritas sosial. Sebaliknya, karena pembagian kerja semakin tinggi, individu dan kelompok dalam masyarakat merasa semakin tergantung kepada pihak lain yang berbeda pekerjaan dan spesialisasinya. Peningkatan terjadi secara bertahap, saling ketergantungan fungsional antar pelbagai bagian masyarakat yang heterogen itu mengakibatkan terjadi suatu pegeseran dalam tata nilai masyarakat, sehingga menimbulkan kesadaran individu baru. Bukan pembagian kerja yang mendahului kebangkitan individu, melainkan sebaliknya perubahan dalam diri individu, di bawah pengaruh proses sosial mengakibatkan pembagian kerja semakin terdiferensiasi.
Kesadaran baru yang mendasari masyarakat modern lebih berpangkal pada individu yang mulai mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok yang lebih terbatas dalam masyarakat dan mereka tetap mempunyai kesadaran kolektif yang terbatas pada kelompoknya saja, contohnya yang sesuai dengan pekerjaannnya saja. Corak kesadaran kolektif lebih bersifat abstrak dan universal. Mereka membentuk solidaritas dalam kelompok-kelompok kecil, yang dapat bersifat mekanik







BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan
Penelitian merupakan langkah awal yang harus dilakukan dalam menyusun skripsi, dan sesuatu yang berkaitan dengan pokok permasalahan di perlukan suatu pedoman atau metode penelitian, sehingga penelitian yang dilakukan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif. Metode kualitatif merupakan pendekatan yang berusaha untuk menangkap kenyataan sosial secara keseluruhan, utuh dan tuntas sebagai suatu kesatuan kenyataan. Jadi menurut pendekatan ini, objek penelitian dilihat sebagai kenyataan hidup yang dinamis, memiliki pikiran dan perasaan serta subyektif yang unik, sehingga dalam pendekatan ini data yang diperoleh tidak mesti angka.
Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif analitik, metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok usaha objek, kondisi atau peristiwa maupun kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya adalah membuat deskriptif atau gambaran lukisan secara sistematik, factual, dan akurat. Mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena-fenomena yang di selidiki. (Nasir, 1999 :63).
Penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dari orang yang dijadikan sumber data dan juga yang menjadi alasan peneliti mengadakan penelitian. Kualitatif adalah untuk memudahkan penelitian memperoleh data tentang bagaiman solidaritas masyarakat desa Pringgajurang ketika piala dunia FIFA 2010.

B. Alasan Pemilihan Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Desa Pringgajurang Kecamatan Montong Gading Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat (NTB). Alasan peneliti memilih lokasi di sini karena lokasi ini merupakan salah satu tempat yang mana penduduknya banyak menjadi penggemar piala dunia FIFA 2010. Di samping itu juga penulis berdomisili di desa Pringgajurang.

C. Subyek Penelitian
Peneliti sebagai instrumen kunci disini memiliki peran yang sangat utama dalam keseluruhan proses penelitian karena setelah memperoleh data, peneliti tidak langsung menyajikan dalam laporan, melainkan peneliti harus mengkompirmasikan dahulu dengan sumber informan untuk mendapat data yang benar dan akurat. Adapun yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah “subjek dimana data itu di peroleh” (Arikunto, 2002:106). Subyek yang menjadi fokus penelitian adalah para pemuda dan orang tua. Adapun penjaringan terhadap subyek adalah usia 14 sampai 50 tahun, yang memiliki sikap antusias terhadap piala duni 2010 dan untuk mengetahui sikap antusias tentu melalui observasi, di tambah sudah berapa lama mereka mencintai/menggilai piala dunia FIFA. Dari kriteria tersebut yang di pergunakan maka di dapatlah 8 orang/responden yaitu : 5 dari kalangan remaja dan 3 orang dari orang tua. Untuk memperkuat data penulis mengambil 4 orang sebagai informan penguat data/pendukung. Adapun informan penguat data itu adalah orang yang betul-betul memahami piala dunia FIFA dan keberadaan subyek yang di tulis ke 4 orang tersebut adalah Kepela desa, 2 orang pencinta bola 1 orang pemilik TV .
D. Teknik Pengumpulan Data
Data adalah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan infomasi dan keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukkan data (Ridwan, 2004: 106). Selanjutnya, Ridwan juga menambahkan bahwa perolehan data seyogyanya relevan, artinya data yang ada hubungannya langsung dengan masalah penelitian. Suharsimi Arikunto (1989: 91) menyatakan bahwa data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun informasi. Informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan dalam kegiatan penelitian, cara untuk mengumpulkan data inilah yang disebut dengan metode pengumpulan data.
Dengan demikian, metode pengumpulan data dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam memperoleh informasi tentang piala dunia sebagai media perekat solidaritas masyarakat desa Pringgajurang. Dalam usaha mengumpulkan data ini dapat digunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu pengamatan (observasi), wawancara,, dan telaah dokumen. Untuk menjamin ditemukannya kebenaran ilmiah, maka diperlukan cara kerja atau prosedur kerja yang baik, ini bertujuan untuk memberikan peluang sebesar-besarnya bagi penemuan kebenaran yang obyektif dan juga untuk menjaga agar pengetahuan dan pengembangan memiliki nilai ilmiah yang tinggi, sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka prosedur kerja dalam penelitian ini dilakukan dengan metode seperti di atas yaitu antara lain:

1. Observasi
Ridwan, (2004: 104) mengemukakan bahwa observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek peneliti untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Mengamati permasalahan apa yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti suatu permasaalahan. Berhubung peneliti langsung ikut serta dalam kegiatan suatu objek yang di teliti maka observasi yang di gunakan adalah observasi participant yaitu penelitian yang dilakukan denga cara ikut serta dalam kegiatan suatu objek. Jadi observasi yang di maksud disini adalah pengamatan langsung tentang gambaran umum wilayah, sosok kultural di Desa Pringgajurang Kcamatan Montong Gading Kabupaten Lombok Timur
2. Wawancara
Moleong, (1988: 135) menjelaskan bahwa, ”wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Ridwan, (2004: 102) memberikan pengertian bahwa wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Lebih lanjut Ridwan menjelaskan dalam sebuah wawancara ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi arus informasi yaitu pewawancara dan responden. Dalam hal ini responden tidak menyadari sepenuhnya bahwa ia sedang diwawancara. Jenis wawancara yang penulis lakukan adalah wawancara yang tak tersetruktur agar data yang di dapatkan lebih valid dan tidak menimbulkan kecurigaan terhadap responden bahwa dia diwawancarai. Wawancara yang dilakukan ini ditujukan untuk mengetahuia piala dunia sebagai media perekat solidaritas masyarakat Desa Pringgajurang.

3. Dokumentasi
. Ridwan, (2004: 105) dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat peneliti, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relvan. Dalam penelitian ini, akan dimanfaatkan dokumen-dokumen dan arsip, denah, Desa Pringgajurang Kecamatan Montong Gading yang sangat mendukung kefalitan hasil penelitian. Diantaranya data yang akan diperoleh dengan menggunakan metode dokumentasi yaitu :
1. Data tentang kondisi geografis Desa Pringgajurang Kecamatan Montong
Gading Lombok Timur
2. Data tentang keadaan penduduk Desa Pringgajurang Kecamatan Montong
Gading Lombok Timur
3. Foto-foto tempat nonton bareng

E. Keabsahan Data
Dalam menentukan keabsahan data maka peneliti menggunakan beberapa teknik untuk menguji keabsahan datanya yaitu antara lain : dengan memperpanjang pengamatan, peningkatan, ketekunan, dan diskusi dengan pembimbing skripsi pihak lain yang mengerti tentang persoalan ini. Bagi kaum pemula yang melakukan penelitian kualitatif, peneliti sering meragukan keabsahan hasil penelitian kualitatif. Lincoln dan guba (dalam fachan, 1985 : 193) memberikan standar keabsahan data kualitatif. Menurut mereka berdua ada beberapa standar keabsahan data kualitatif. Menurut mereka berdua ada beberapa standar atau keriteria guna menjamin keabsahan data kualitatif.
Teknik yang di ungkapkan dalam penelitian ini seperti yang di ungkapkan moleong (2002) yaitu :
1. Observasi yang mendalam, ketekunan pengamatan yang bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan dari pada hal tersebut secara rinci.
2. Pembahasan denga teman sejawat, tehnik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil ahir yang di peroleh dalam bentuk diskusi dengan rekan sejawat yang dilakukan setelah data terkumpul.
3. Triangulasi. Menurut Moleong (2002), triangulasi merupakan teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain yang berbeda di luar data ini untuk keperluan pengecekan sebagai pembanding terhadap data tersebut.

F Tehnik Analisis Data
Analisis data merupakan salah satu langkah dalam rangka memperoleh temuan hasil penelitian, hal ini menyebabkan data akan menentukan kearah mana temuan ilmiah bila dianalisis dengan cara atau teknik yang tepat (Ali 1998 :171). Data yang di kumpulkan dalam penelitian perlu dianalisis dengan teliti dan cermat sehingga dapat menemukan kesimpulan yang obyektif dari penelitian tersebut.
Karena data dalam penelitian ini bersifat kualitatif maka analisis yang di gunakan adalah analisis induktif, analisis induktif adalah analisis data yang berangkat dari pristiwa yang bersifat husus kemudian mengambil kesimpulan yang sifatnya umum.
Ada beberapa langkah yang ditempuh dalam analisis data diantaranya :
1. Reduksi data yaitu kegiatan memilih data dan penyederhanaan dari data
kasarnya dan memberikan kode pada data yang dianalisis.
2. Penyajian data, setelah mereduksi data kemudian hasilnya disajikan dalam
bentuk kata-kata atau kalimat yang dapat di mengerti. Pada kegiatan ini peneliti kurang jelas serta mendiskusikandata yang telah terkumpul dengan dosen pembimbing atau orang yang ahli.
Jadi dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan data yang absah (yang menyakinkan) diperlukan perpanjangan waktu ( observasi mendalam) dan tringulasi serta mendiskusikan dengan teman sejawat sehinga data yang di kumpulkan benar-benar valid dan absah


DAFTAR PUSTAKA


Puspitasari, Wina.2005. Pengaruh Komunikasi Massa Terhadap Masyarakat.Univ Budi Luhur: Jakarta

Johnson, Paul D. 1994. Teori Sosiologi: Klasik dan Modern. Jilid I dan II. (Terj. Robert M.Z. Lawang). Jakarta : Gramedia

Elisabet, 1995 .Solidaritas dan Masalah Sosial di Kalangan Warya. Laporan SETIE Bandung : Bandung

Majalah bola edisi 2.057 Senin 14 Juni 2010.

Ritzer, George. 2005. Teori Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fatchan. 2003. Metode Penelitian Kualitatif. Lemlit Univ Malang : Malang

Www.Bola.net